Senin, 21 Maret 2016

PROBLEMATIKA PENGOLAHAN KELAS




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Asumsi yang paling urgen sebagai pendidik yakni profesionalitas dalam membangun kompetensi anak didik. Salah satu terpengaruhnya pendidik didunia pendidikan yaitu dalam mengelolah kelas atau bahasa yang biasa digunakan didunia organisasi sebagai psikologi forum. Didalam pengelolaan kelas, pendidik pasti akan dibenturkan dengan berbagai dinamika yang ada dalam kelas dengan berbagai macam karakteristik peserta didik, mulai dari keefektifan pengelolaan kelas sampai ditemukannya problematika pengelolaan kelas. Sehingga fungsi utama pendidik secara efektif dan efisien demi terwujudnya proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Artinya pengembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, cakap, kreatif, dan mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
B.     Rumusan Masalan
1.      Apa ruang lingkup problematika pengelolan kelas ?
2.      Sebutkan jenis-jenis problematika pengelolaan kelas?
3.      Apa saja pendekatan problematika pengelolaan kelas?
C.     Tujuan Permasalahan
1.      Mengetahui ruang lingkup problematika pengelolan kelas.
2.      Mengetahui berbagai jenis problematika pengelolaan kelas.
3.      Mengetahui berbagai macam pendekatan problematika pengelolaan kelas.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Masalah dalam pengolaan kelas
            Problematika pengelolaan kelas Kegiatan pengembangan profesi guru terkait langsung dengan tugas utamanya, guru-guru sering menghadapi permasalahan dengan kegiatan-kegiatan didalam kelasnya. Permasalahan ini meliputi dua jenis juga, yaitu yang menyangkut pengajaran dan yang menyangkut pengelolaan kelas. Guru-guru harus mampu membedakan kedua permasalahan itu dan menemukan pemecahannya secara tepat. Amat sering terjadi guru-guru menangani masalah yang bersifat pengajaran dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan dan sebaliknya. pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar- mengajar. Misalnya, seorang guru berusaha membuat penyajian pelajaran lebih menarik agar siswa yang sering tidak masuk menjadi lebih tertarik untuk menghadiri pelajaran itu, padahal siswa tersebut tidak senang berada di kelas itu karena dia merasa tidak diterima oleh kawan-kawannya. Pemecahan seperti ini tentu saja tidak tepat. “Membuat pelajaran lebih menarik” adalah permasalahan pengajaran, sedangkan “diterima atau tidak diterima oleh kawan” adalah permasalahan pengelolaan. Masalah pengajaran harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengajaran, dan masalah pengelolaan harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan.
B.     Jenis-jenis problematika pengelolaan kelas
Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu :
1.      Masalah Perorangan Penggolongan masalah perorangan ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Setiap individu memiliki kebutuhan dasar untuk memiliki dan untuk merasa dirinya berguna[1]. Jika seorang individu gagal mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga maka dia akan bertingkah laku menyimpang.
Ada empat jenis penyimpangan tingkah laku, yaitu[2]:
a)      Attention getting behaviors ( perilaku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain).
b)      Power seeking behaviors ( tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan)
c)      Revenge seeking behaviors ( tingkah laku yang bertujuan ingin menyakiti orang lain).
d)     Helplessness ( peragaan ketidak mampuan )
2.      Masalah Kelompok.
      Ada 6 kategori masalah kelompok menurut Lois V. Jhonson dan Mary A. Bany[3]:
a)      Kelas kurang kohesif, misalnya, perbedaan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial-ekonomi dan sebagainya.
b)      Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya.
c)      Membesarkan hati anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok.
d)     Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap.
e)      Semangat kerja rendah.
f)       Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru.
C.    Pendekatan dalam pengelolahan kelas.
Pendekatan pembelajaran diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang dalam proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang bersifat umum. Adapun pendekatan merupakan unsur penting yang harus dikuasai pengajar sebelum mempersiapkan perencanaan pembelajaran[4].




1.      Pendekatan Managerial.
Pendekatan Managerial atau lebih umum dengan istilah pendekatan manajemen adalah sebuah pendekatan yang bersifat sistematis, karena pengelolaannya yang teratur dalam melibatkan unsur-unsur yang terpadu didalam proses pembelajaran.
Pengelolaan kelas merupakan salah satu kegiatan yang perlu dipersiapkan sedemikian rupa untuk mendukung pembelajaran aktif. Dalam buku Pendekatan Keterampilan Proses, Prof. Dr. Cony Semiawan, dkk. Membagi pengelolaan kelas menjadi tiga bagian, yaitu:
1)      pengaturan kelas,
Tugas utama guru adalah menciptakan suasana di dalam kelas agar terjadi interaksi belajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan sungguh-sungguh. Untuk itu guru seyogyanya memiliki kemampuan untuk melakukan interaksi belajar mengajar yang baik. Salah satu kemampuan yang sangat penting adalah kemampuan mengatur kelas.
2)      pengelompokan siswa melayani kegiatan belajar mengajar,
Untuk mewujudkan suasana belajar di mana siswa menjadi pusat kegiatan belajar, perlu organisasi kelas yang luwes. Bangku, kursi, dan alat-alat lainnya mudah dipindahkan untuk kepentingan bekerja kelompok. Ruangan kelas dan segala fasilitas yang disediakan perlu diatur untuk melayani kegiatan belajar. penempatan papan tulis tidak harus menetap di suatu tempat. Fasilitas kelas hendaknya dapat melayani pemajangan hasil-hasil pekerjaan kelas.
3)      tutor sebaya[5].
Di negrara maju, percobaan menggunakan siswa sebagai guru atau tutor sebaya telah berlangsung dan menunjukkan keberhasilan. Di Indonesia sedang dicobakan. Dasar pemikirannya adalah siswa yang pandai dapat memberikan bantuan kepada siswa yang kurang pandai. Bantuan tersebut dapat dilakukan kepada teman sekelasnya di sekolah atau kepada teman sekelasnya di luar sekolah.

2.      Pendekatan Psikologikal
Pendekatan pengelolaan kelas berdasarkan perubahan tingkah laku bertolak dari sudut pandang psikologi behavioral yang mengemukakan asumsi sebagai berikut :
1.      Semua tingkah laku yang baik dari yang kurang baik merupakan hasil proses belajar.
2.      Dalam proses belajar terdapat proses psikologis yang fundamental  berupa penguat positif(positive reinforcement), hukuman (Punishment), penghapusan (extinction) dan penguat negatif (negatif reinforcement).
a.       Penguat Positif (positive reinforcement)
Dalam kegiatan belajar mengajar, penghargaan (penguat positif) mempunyai arti penting. Tingkah laku dan penampilan siswa yang baik, diberi penghargaan dalam bentuk senyuman atau pun kata-kata pujian yang merupakan penguat terhadap tingkah laku dan penampilan siswa. Penguat adalah respons terhadap tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulang kembali tingkah laku tersebut. Adapun komponen-komponen yang perlu dipahami dan dikuasai penggunaannya oleh guru agar ia dapat memberikan penguat secara bijaksana adalah sebagai berikut :
Ø  Penguat verbal yaitu penguat berupa kata-kata pujian, pengakuan, dorongan yang dipergunakan untuk menguatkan tingkah laku dan penampilan siswa.
Ø  Penguat non verbal yaitu penguat berupa mimik dan gerakan badan, penguat dengan cara mendekati, penguat dengan bentukan, penguat dengan kegiatan yang menyenangkan dan penguat brupa simbol atau benda.

b.      Hukuman
Dalam mempergunakan hukuman sebagai suatu upaya pendidikan, guru harus mengenali dan memahami keuntungan dan kerugian penggunaan hukuman. Beberapa keuntungannya adalah:
Ø  Hukuman dapat menghentikan dengan segera tingkah laku siswa yang menyimpang dan dapat mencegah berulangnya kembali tingkah laku itu dalam waktu yang cukup lama.
Ø  Hukuman berfungsi sebagai pemberi petunjuk kepada siswa dengan kenyataan bahwa siswa dibantu untuk segera mengetahui tingkah laku mana yang dapat diterima.
Ø  Hukuman berfungsi sebagai pengajaran bagi siswa-siswi lain dengan kenyataan bahwa hukuman itu mungkin mengurangi kemungkinan siswa-siswi lain meniru tingkah laku yang mendapat hukuman itu.c.Penghapusan (extinction) dan penundaan (time out)

c.       Penghapusan
adalah menahan (tidak lagi memberikan) ganjaran yang diharapkan akan diberikan seperti yang sudah-sudah (menahan pemberian penguat positif). Penghapusan ini menghasilkan penurunan frekuensi tingkah laku yang semula mendapat penguat.
Penundaan (time out) merupakan tindakan tidak jadi memberikan ganjaran atau mengecualikan pemberian ganjaran untuk siswa tertentu. Penundaan seperti ini menurunkan frekuensi penguat dan menurunkan frekuensi tingkah laku siswa. Misalnya, para siswa di kelas Ibu Fatimah (guru Bahasa Inggris) yakin baha guru mereka itu akan menyelenggarakan permainan kata-kata (word game) jika para sisa mengerjakan tugas dengan baik. Permainan ini digemari oleh para siswa. Ternyata siswa-siswi memang mengerjakan tugas dengan baik kecuali Totok. Ibu fatimah mengatakan pada Totok tidak diperkenankan ikut serta dalam permainan itu dan duduk sendiri dari kelompoknya (mengecualikan pemberian ganjaran untuk siswa tertentu). Selanjutnya, Totok mengerjakan tugas-tugas dengan lebih baik.
d.      Penguat negatif (Negative Reinforcement)
Yang dimaksud penguat negatif adalah peniadaan perangsang yang tidak mengenakkan (hukuman) setelah ditampilkannya suatu tingkah laku yang mengakibatkan menurunnya frekuensi tingkah laku yang dimaksud. Peniadaan hukuman itu memperkuat tingkah laku yang ditampilkan dan meningkatkan kecenderungan diulanginya tingkah laku tersebut. Misalnya, Neneng adalah salah seorang siswa yang terus-menerus menyerahkan kepada guru laporan yang ditulis tidak rapi. Meskipun guru terus-menerus menegur dan memarahinya, laporam-laporan nenenng itu tetap tidak lebih baik. Pada suatu ketika Neneng menyerahkan laporan agak rapi, guru menerima laporan Neneng itu tanpa komentar dan tanpa teguran (marah) yang selama ini ditempakan kepadanya (peniadaan hukuman). Selanjutnya, laporan-laporan neneng menjadi lebih rapi (frekuensi tingkah laku meningkat).

3.      Pendekatan Sistem
Pada dasarnya proses pembelajaran terkait dengan berbagai komponen yang sangat kompleks. Komponen tersebut meliputi tujuan, materi, media, siswa, guru dan komponen lainnya. Masing-masing komponen tersebut saling terkait sebagau suatusistem. Oleh sebab itu, penyusunan perencanaan pembelajaran perlu didasarkan pada pendekatan sistem.
Sistem berarti gabungan dari beberapa komponen sebagai satu kesatuan yang utuh untuk mencapai tujuan. Suatu sistem dapat menjadi supra atau subsistem dari sistem lainnya. Supra sistem adalah suatu sistem yang berada di atasnya. Sedangkan subsistem adalah sistem yang berada dalam sistem. Misalnya, sistem pembelajaran dapat menjadi supra dari sistem metode metode pembelajaran dan dapat menjadi su sistem dari sistem sekolah.
Suatu sistem merupakan keterkaitan antara (masukan), proses, dan (keluaran). Misalnya, masukan dari pembelajaran dapat berupa siswa, guru, materi, dan media. Proses pembelajaran adalah aktivitas kegiatan pembelajaran. Keluaran dapat berupa perubahan diri siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran[6].
















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang dalam proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang bersifat umum. Adapun pendekatan merupakan unsur penting yang harus dikuasai pengajar sebelum mempersiapkan perencanaan pembelajaran.
Pendekatan Managerial atau lebih umum dengan istilah pendekatan manajemen adalah sebuah pendekatan yang bersifat sistematis, karena pengelolaannya yang teratur dalam melibatkan unsur-unsur yang terpadu didalam proses pembelajaran.
Pendekatan perubahan tingkah laku dipilih bila tujuan tindakan pengelolaan yang akan dilakukan adalah menguatkan tingkah laku murid yang baik dan/atau menghilangkan tingkah laku murid yang kurang baik; pendekatan Penciptaan Iklim Sosio-Emosional dipergunakan apabila sasarn tindakan pengelolaan adalah peningkatan hubungan antar pribadi guru murid dan antar murid, sedangkan pendekatan Proses Kelompok dianut bila seorang guru ingin kelompoknya melakukan kegiatan secara produktif.
Sistem berarti gabungan dari beberapa komponen sebagai satu kesatuan yang utuh untuk mencapai tujuan. Suatu sistem dapat menjadi supra atau subsistem dari sistem lainnya. Supra sistem adalah suatu sistem yang berada di atasnya. Sedangkan subsistem adalah sistem yang berada dalam sistem. Misalnya, sistem pembelajaran dapat menjadi supra dari sistem metode metode pembelajaran dan dapat menjadi su sistem dari sistem sekolah.
B.     Saran
Dengan membaca makalah ini penulis berharap semoga kita dapat berfikir tepat dan benar sehingga terhindar dari kesimpulan yang salah dan kabur. Setidaknya dengan makalah ini, pembaca bisa mengetahui tentang PROBLEM DASAR PENGELOLAAN KELAS dan kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, Ahmad Rohani, Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan di
Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara, 1991
Achmad Sapari, supriono S, Manajemen Berbasis Sekolah Jatim: SIC, 2001
Cony Semiawan, dkk, Pendekatan Keterampilan Proses, Jakarta: 1987
Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan kelas Sebagai Lembaga Pendidikan,
Jakarta: CV Haji Masagung, 1989




[1] . Rodolf Dreikrus dan Pearl Cassel.
[2] Drs. Ahmad Rohani dan Drs. H. Abu Ahmadi, pengelolahan pengajaran, hal 118
[3] Lois V. Jhonson dan Mary A. Bany
[4] . Rohani Ahmad, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), hal.148

[5] Prof. Dr. Cony Semiawan, dkk, Pendekatan Keterampilan Proses, (Jakarta: 1987), hal. 71.
[6] Suwardi, Manajemen Pendidikan, (Salatiga: STAIN Salatiga Press, 2007), hal 31-32

Tidak ada komentar:

Posting Komentar